Nistagmus

Nistagmus (bahasa Inggris: Nystagmus) adalah kondisi ketika bola mata membuat gerakan yang cepat dan berulang tanpa disengaja. Kondisi ini bisa menyebabkan gangguan penglihatan, seperti pandangan yang kabur atau tidak fokus.

Saat nistagmus terjadi, bola mata dapat bergerak ke segala arah, baik itu horisontal, vertikal, maupun berputar. Hal ini akan mengganggu ketajaman visual dan persepsi penderitanya terhadap suatu objek. Akibatnya, penderita bisa mengalami gangguan dalam koordinasi gerakan.[1]

Ciri-ciri

Penyebab Nistagmus

Nistagmus dapat terjadi akibat faktor keturunan (genetik) atau sebagai gejala dari gangguan kesehatan tertentu. Gangguan yang dimaksud bisa terjadi di bagian otak atau telinga bagian dalam yang mengatur pergerakan mata. Secara garis besar, nistagmus dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

Sindrom nistagmus infantil (INS)

Sindrom nistagmus infantil (bahasa Inggris: Infantile nystagmus syndrome) adalah nistagmus yang terjadi akibat faktor keturunan. Kondisi ini sering kali dialami bayi usia 6 minggu sampai 3 bulan. INS umumnya ringan dan cenderung tidak memburuk. Oleh sebab itu, banyak orang tua anak penderita INS yang tidak menyadari kondisi ini. Pada kasus yang jarang terjadi, INS dipicu oleh albinisme pada mata (albinisme okular), perkembangan saraf optik yang tidak sempurna (optic nerve hypoplasia), dan kondisi tidak adanya iris pada mata (aniridia).

Nistagmus sekunder

Acquired nystagmus adalah nistagmus yang terjadi akibat gangguan kesehatan atau penyakit lain. Nistagmus sekunder dapat memengaruhi kerja otak, telinga, dan keseimbangan tubuh. Sejumlah kondisi yang berpotensi menyebabkan nistagmus sekunder adalah:

  • Cedera kepala
  • Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
  • Sindrom paraneoplastik akibat kanker
  • Penyakit telinga bagian dalam, misalnya Penyakit Ménière dan labirinitis
  • Penyakit mata, seperti katarak dan mata malas
  • Gangguan di otak, misalnya sklerosis multipel, tumor otak, atau strok
  • Hipomagnesemia atau kekurangan magnesium dalam darah
  • Efek samping obat tertentu, seperti fenitoin, karbamazepin, atau barbiturat
  • Kekurangan vitamin B12
  • Strok

Gejala

  • Pusing
  • Vertigo
  • Gangguan penglihatan
  • Gangguan keseimbangan
  • Mata menjadi lebih sensitif terhadap cahaya
  • Merasakan getaran pada tempat berpijak
  • Sulit melihat dalam gelap
  • Penurunan kesadaran

Pengobatan

Metode pengobatan nistagmus tergantung kepada jenisnya. Sindrom nistagmus infantil tidak bisa diobati. Namun, pasien dapat menggunakan kacamata atau lensa kontak untuk membantu meningkatkan kemampuan penglihatan.

Pada kasus INS yang parah, dokter akan melakukan prosedur tenotomi untuk mengubah posisi otot yang mengendalikan gerakan mata. Meski tidak dapat menyembuhkan nistagmus sepenuhnya, prosedur ini dapat mengurangi derajat gangguan penglihatan yang dialami pasien.

Sedangkan pada pasien nistagmus sekunder, pengobatan yang diberikan akan disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya, antara lain:

  • Mengganti obat-obatan yang sedang dikonsumsi
  • Memenuhi asupan vitamin
  • Memberikan obat tetes mata bila terjadi infeksi
  • Meresepkan antibiotik untuk infeksi telinga bagian dalam
  • Memberikan kacamata khusus
  • Menjalankan operasi otak untuk mengatasi gangguan sistem saraf pusat[a]
  • Memberikan obat antikejang, seperti gabapentin, dan obat pelemas otot seperti baklofen
  • Memberikan suntik botulinum toxin (botox) untuk mengendurkan otot mata yang mengakibatkan pergerakan mata menjadi tidak normal

Komplikasi

  • Kerusakan otak
  • Gangguan pergerakan dan keseimbangan tubuh
  • Gangguan kemampuan kognitif
  • Kelumpuhan
  • Cacat permanen
  • Koma

Referensi

  1. ^ "Nistagmus". Alodokter. 2018-11-29. Diakses tanggal 2023-04-21. 
  1. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Pembedahan dilakukan agar mencegah beberapa komplikasi berupa kelumpuhan.