Daniel 8

Daniel 8
Kitab Daniel lengkap pada Kodeks Leningrad, dibuat tahun 1008.
KitabKitab Daniel
KategoriNabi-nabi Besar
Bagian Alkitab KristenPerjanjian Lama
Urutan dalam
Kitab Kristen
27
pasal 7
pasal 9

Daniel 8 (disingkat Dan 8) adalah pasal kedelapan Kitab Daniel dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Berisi riwayat Daniel yang berada di Babel pada abad ke-6 SM.[1][2]

Teks

  • Pasal ini dibagi atas 27 ayat.
  • Berfokus pada penglihatan yang diterima Daniel pada tahun ketiga pemerintahan Belsyazar, raja Babel.[3] Saat itu Daniel berada di tepi sungai Ulai, di puri Susan, yand ada di wilayah Elam.[4]

Naskah sumber utama

  • Bahasa Ibrani:
    • Masoretik (abad ke-10 M)
    • Gulungan Laut Mati: (akhir abad ke-2 SM)[5] terlestarikan: ayat 1-8, 13-17, 20-21.[6]
      • 4QDana (4QDan112): terlestarikan: ayat: 1‑5[6]
      • 4QDanb (4QDan113): terlestarikan: ayat: 1‑8, 13‑16[6]
      • 6Q7 (6QpapDan): terlestarikan: ayat: 16‑17, 20‑21[6]
  • Bahasa Yunani:

Bahasa

Waktu

  • Tahun ketiga pemerintahan Belsyazar, raja Babel,[3] dapat diperkirakan dari catatan sejarah di luar Alkitab. Dalam prasasti yang dikenal sebagai "Kisah Ayat Nabonidus" (bahasa Inggris: The Verse Account of Nabonidus), tertulis: “menjelang permulaan tahun ketiga — ia [Nabonidus] mempercayakan "Perkemahan" kepada putra tertuanya, anak sulung, seluruh tentara di dalam negeri diperintahkan di bawah kuasanya. Ia melepaskan semuanya, mempercayakan kerajaan kepadanya”[7] Dalam prasasti lain yang dikenal sebagai "Silinder Nabonidus" (bahasa Inggris: Nabonidus Cylinder) dijelaskan bahwa anak sulung itu bernama Belsyazar (bahasa Inggris: Belshazzar). Para pakar setuju bahwa tahun ketiga pemerintahan Nabonidus adalah sekitar tahun 553 SM. Dengan demikian, tahun ketiga pemerintahan Belsyazar adalah sekitar tahun 550 SM.[8]

Ayat 1

Pada tahun yang ketiga pemerintahan raja Belsyazar, nampaklah kepadaku, Daniel, suatu penglihatan sesudah yang tampak kepadaku dahulu itu. (TB)[3]

Ayat 2

Aku melihat dalam penglihatan itu, dan sementara aku melihat, aku berada di puri Susan, yang ada di wilayah Elam, dan aku melihat dalam penglihatan itu, bahwa aku sedang di tepi sungai Ulai. (TB)[4]

Ayat 9

"Maka dari salah satu tanduk itu muncul suatu tanduk kecil, yang menjadi sangat besar ke arah selatan, ke arah timur dan ke arah Tanah Permai." (TB)[9]

Ayat 9 bahasa Ibrani

Bahasa Ibrani: ומן־האחת מהם יצא קרן־אחת מצעירה ותגדל־יתר אל־הנגב ואל־המזרח ואל־הצבי׃
Transliterasi Ibrani: u·min-ha·'a·khat me·hem ya·tza qe·ren-a·khat mi·tze·'i·rah wa·tig·dal-ye·ter el-ha·ne·geb we·'el-ha·miz·rakh we·'el-ha·tze·bi.

Ayat 9 catatan

"Tanah Permai" diterjemahkan dari kata "ha·tze·bi" (="Yang Permai"), di mana "tze·bi" bermakna "indah, permai" untuk tanah atau harta (atau dapat juga bermakna "rusa, kijang" seperti pada Ulangan 12:15). Kata "tanah" sendiri tidak ada di ayat ini, tetapi dipakai untuk memperjelas apa yang disebut "permai", sebagaimana yang ditulis lebih lengkap pada Daniel 11:16 "ארץ־הצבי" (’e·retz-ha·tze·bi; "tanah permai").[10]

Ayat 13

Kemudian kudengar seorang kudus berbicara, dan seorang kudus lain berkata kepada yang berbicara itu: "Sampai berapa lama berlaku penglihatan ini, yakni korban sehari-hari dan kefasikan yang membinasakan, tempat kudus yang diserahkan dan bala tentara yang diinjak-injak?" (TB)[11]
  • "Kepada yang berbicara itu": diterjemahkan dari bahasa Ibrani: לפלמוני המדבר, la-pal-mō-w-nî ham-ḏa-bêr, (bahasa Inggris: to that certain [saint] which spoke). Di sini digunakan istilah Ibrani palmoni (kependekan dari peloni almoni pada 1 Samuel 21:2, 2 Raja-raja 6:8 dan Rut 4:1), untuk menandai sesosok yang tidak diketahui jelas identitasnya oleh pembicara pada ayat ini.[12]

Ayat 16

Dan aku mendengar dari tengah sungai Ulai itu suara manusia yang berseru: "Gabriel, buatlah orang ini memahami penglihatan itu! (TB)[13]
  • Referensi silang: Daniel 9:21, Lukas 1:19

Domba jantan dan kambing jantan

Dalam penglihatan yang dicatat di pasal ini Daniel melihat seekor domba jantan dan kemudian seekor kambing jantan, yang menggambarkan raja-raja yang akan berkuasa di wilayah tersebut (termasuk tanah Israel) setelah masa hidup Daniel.

Domba jantan

Tampak domba jantan berdiri di depan sungai itu; tanduknya dua (2) dan kedua tanduk itu tinggi, tetapi yang satu lebih tinggi dari yang lain, dan yang tinggi itu tumbuh terakhir. Domba jantan itu menanduk ke barat, ke utara dan ke selatan, dan tidak ada seekor binatangpun yang tahan menghadapi dia, dan tidak ada yang dapat membebaskan dari kuasanya; ia berbuat sekehendak hatinya dan membesarkan diri.[14]

Kambing jantan

Sementara domba jantan itu bertingkah, tampak seekor kambing jantan datang dari sebelah barat, yang melintasi seluruh bumi tanpa menginjak tanah; dan kambing jantan itu mempunyai satu tanduk yang aneh di antara kedua matanya. Ia datang pada domba jantan yang dua tanduknya dan yang berdiri di depan sungai itu, lalu menyerangnya dengan keganasan yang hebat.[15] Ditanduknya domba jantan itu, dipatahkannya kedua tanduknya, dan domba jantan itu tidak berdaya untuk tahan menghadapi dia; dihempaskannya dia ke bumi, diinjak-injaknya, dan tidak ada yang melepaskan domba jantan itu dari kuasanya.[16] Kambing jantan itu sangat membesarkan dirinya, tetapi ketika ia sampai pada puncak kuasanya, patahlah tanduk yang besar itu, lalu pada tempatnya tumbuh empat tanduk yang aneh, sejajar dengan keempat mata angin yang dari langit.[17]

Maka dari salah satu tanduk itu muncul suatu tanduk kecil, yang menjadi sangat besar ke arah selatan, ke arah timur dan ke arah Tanah Permai. Ia menjadi besar, bahkan sampai kepada bala tentara langit, dan dari bala tentara itu, dari bintang-bintang, dijatuhkannya beberapa ke bumi, dan diinjak-injaknya. Bahkan terhadap Panglima bala tentara itupun ia membesarkan dirinya, dan daripada-Nya diambilnya korban persembahan sehari-hari, dan tempat-Nya yang kudus dirobohkannya. Suatu kebaktian diadakan secara fasik menggantikan korban sehari-hari, kebenaran dihempaskannya ke bumi, dan apapun yang dibuatnya, semuanya berhasil.[18]

Masa berlakunya penglihatan

Di akhir penglihatan itu Daniel mendengar suara dari apa yang disebutnya "seorang kudus" berbicara, dan "seorang kudus" lain (umumnya ditafsirkan sebagai para malaikat) berkata kepada yang berbicara itu: "Sampai berapa lama berlaku penglihatan ini, yakni korban sehari-hari dan kefasikan yang membinasakan, tempat kudus yang diserahkan dan bala tentara yang diinjak-injak?" Maka dijawab: "Sampai lewat 2300 (dua ribu tiga ratus) petang dan pagi, lalu tempat kudus itu akan dipulihkan dalam keadaan yang wajar."[19]

2300 petang dan pagi

Dalam ayat 14 Daniel mendapat informasi mengenai suatu masa yang lamanya "2300 petang dan pagi". Ada yang menafsirkan bahwa "petang dan pagi" merujuk kepada persembahan korban dua kali sehari, sehingga seluruhnya adalah 1150 days.[20] Namun ini berkontradiksi (dua kali dalam satu kalimat) dengan informasi pada akhir Daniel 12, di mana dikatakan bahwa "sejak dihentikan korban sehari-hari ... ada 1.290 hari; berbahagialah orang yang tetap menanti-nanti dan mencapai 1.335 hari" (Daniel 12:11–12): bilangan yang berbeda-beda, pertama 1.150 hari, kemudian 1.290, akhirnya 1.335, dianggap revisi-revisi yang dibuat ketika bilangan sebelumnya berlalu tanpa penggenapan, tetapi pandangan ini tidak diterima secara universal.[21]

Periode yang dibahas asalnya adalah lamanya penajisan Bait Suci, tetapi 1.150 hari itu sedikit kurang dari tiga setengah tahun, sedangkan penajisan itu lamanya hanya 3 tahun.[20] Ada pendapat bahwa di sini fokus penulis bergeser dari penajisan kepada dedikasi ulang Bait Suci pada akhir sejarah, yang akan ditandai dengan kebangkitan orang mati: bilangan terakhir dalam Daniel 12:12 diikuti oleh instruksi kepada Daniel untuk "pergilah sampai tiba akhir zaman, dan engkau akan beristirahat, dan akan bangkit untuk mendapat bagianmu pada kesudahan zaman."[21]

Penafsiran bahwa 2300 petang dan pagi setara dengan 1150 hari tampaknya dianut oleh cukup banyak orang, tetapi C. L. Seow, seorang sarjana kitab Daniel, menerimanya sebagai 2300 hari penuh, yang setara dengan sekitar tujuh tahun; menganggap bahwa titik akhirnya adalah dedikasi ulang Bait Suci dan pemulihan korban sehari-hari pada tahun 164 SM, sedangkan titik awalnya adalah pembunuhan Imam Besar Onias III pada tahun 171 SM, sebuah tahun penting dalam peristiwa-peristiwa yang menuju kepada penajisan Bait Suci.[22]

Arti penglihatan

Saat Daniel berusaha memahami penglihatan itu, maka tampaklah seorang yang rupanya seperti seorang laki-laki berdiri di depannya dan dari tengah sungai Ulai itu ada suara manusia yang berseru: "Gabriel, buatlah orang ini memahami penglihatan itu!" Lalu datanglah Gabriel ke tempat Daniel berdiri dan berkata kepada Daniel: "Pahamilah, anak manusia, bahwa penglihatan itu mengenai akhir masa!"[23]

Setelah Daniel sempat pingsan dan dibangunkan kembali, Gabriel berkata lagi "Kuberitahukan kepadamu apa yang akan terjadi pada akhir murka ini, sebab hal itu mengenai akhir zaman."[24]

  • Domba jantan itu, dengan kedua tanduknya, ialah raja-raja orang Media dan Persia.[25]
  • Kambing jantan yang berbulu kesat itu ialah raja negeri Yunani.[26]
  • Tanduk besar yang di antara kedua mata kambing jantan itu ialah raja yang pertama.[26]
  • Tanduk itu patah dan pada tempatnya itu muncul empat buah, berarti: empat kerajaan akan muncul dari bangsa itu, tetapi tidak sekuat yang terdahulu.[27]
  • Pada akhir kerajaan mereka, apabila orang-orang fasik telah penuh kejahatannya, maka akan muncul seorang raja dengan muka yang garang dan yang pandai menipu. Kekuatannya akan menjadi hebat, tetapi tidak sekuat yang terdahulu, dan ia akan mendatangkan kebinasaan yang mengerikan, dan apa yang dilakukannya akan berhasil; orang-orang berkuasa akan dibinasakannya, juga umat orang kudus. Dan oleh karena akalnya, penipuan yang dilakukannya akan berhasil; ia akan membesarkan dirinya dalam hatinya, dan dengan tak disangka-sangka banyak orang akan dibinasakannya; juga ia akan bangkit melawan Raja segala raja. Tetapi tanpa perbuatan tangan manusia, ia akan dihancurkan.[28]

Gabriel berkata: "Adapun penglihatan tentang petang dan pagi itu, apa yang dikatakan tentang itu adalah benar. Tetapi engkau, sembunyikanlah penglihatan itu, sebab hal itu mengenai masa depan yang masih jauh."[29]

Reaksi Daniel

Setelah menerima penglihatan itu Daniel menjadi lelah dan jatuh sakit beberapa hari lamanya; baru kemudian dapat melakukan pula urusan raja. Daniel menyatakan tercengang-cengang tentang penglihatan itu, tetapi tidak memahaminya.[30]

Penggenapan

Kerajaan Media dan Persia

Domba bertanduk dua di mana tanduk yang tumbuh terakhir lebih tinggi dari tanduk yang pertama menurut Gabriel adalah Kerajaan Media dan Persia. Kerajaan Media tumbuh terlebih dahulu dan bertumbuh kuat sehingga "di pertengahan abad ke-7 SM kekuasaan dikendalikan oleh orang-orang Media (Medes)."[31] Sejarawan Yunani, Herodotus, menulis pada abad ke-5 SM, menggambarkan pembentukan Kerajaan Media dari sejumlah perkampungan kecil yang dipersatukan oleh seorang bernama Deioces. Kemudian orang ini membangun ibu kota besar yang dikenal sebagai Ekbatana. Menurut sejarawan itu, ia memerintah selama 53 tahun dan mempersatukan paling sedikit 6 kelompok regional menjadi Kerajaan Media. Herodotus kemudian mencatat bahwa putra Deioces, Phraortes, memerintah selama 22 tahun meneruskan ayahnya. Ia digantikan oleh putranya, Cyaxares, “mempersatukan seluruh Asia di seberang Halys di bawah kekuasaanya” (1:95-103).[32] Cyaxares memerintah 40 years, mati, dan digantikan oleh putranya, Astyagas. Dalam masa pemerintahan Astyagas, orang-orang Persia memberontak terhadap orang Media. Di bawah pimpinan Koresh Agung, tentara Persia mengalahkan pasukan Astyagas, dan Koresh naik tahta memerintah Kerajaan Media dan Persia (1:127-130). Tawarikh Nabonidus juga memuat catatan kemenangan Koresh atas Astyagas. Jadi tepat seperti penglihatan Daniel, mulanya Media tumbuh lebih dulu menjadi penguasa, kemudian Persia di bawah pimpinan Koresh mengalahkan Media dan selanjutnya malah menjadi penguasa Asia (yaitu Timur Tengah dan Timur Jauh) (1:130),[8] menggenapi perkataan "kedua tanduk itu tinggi, tetapi yang satu lebih tinggi dari yang lain, dan yang tinggi itu tumbuh terakhir".[33]

Kerajaan Media dan Persia di bawah pimpinan Koresh dicatat oleh Herodotus mula-mula berkembang "ke barat" (dan "ke utara") menguasai seluruh Asia (yaitu Asia Kecil, sekarang wilayah Turki), menaklukkan orang Ionia di Laut Aegea (1:169).[32] Dikatakan oleh sejarawan itu bahwa Koresh mempunyai "ambisi yang tak kenal lelah" dan "melakukan agresi terus menerus terhadap satu per satu negara" (1:190).[32] Cambyses (dikenal sebagai Cambyses/Kambisus II), yang meneruskan tahta ayahnya, juga mempunyai ambisi kuat. Ia "menanduk ke selatan", menguasai wilayah sejauh Mesir (3:1-27).[32] Darius Agung, yang naik tahta setelah Cambyses, menguasai banyak negara sejauh Armenia di sebelah utara (menurut Inskripsi Behistun yang dibuatnya). Jadi tidak ada keraguan bahwa domba bertanduk dua itu memang melambangkan Kerajaan Media dan Persia, sesuai perkataan malaikat Gabriel.[8]

Aleksander Agung

Kambing jantan yang berbulu kesat itu menurut Gabriel ialah raja negeri Yunani dan tanduk besar yang di antara kedua mata kambing jantan itu ialah raja yang pertama.[26] Sejarah jelas mencatat bahwa raja pertama Yunani yang juga berhasil mengalahkan raja Media dan Persia tidak lain adalah Aleksander Agung, putra raja Filipus II dari Makedonia. Aleksander adalah salah satu pemimpin militer paling sukses dalam sejarah dunia.[8] Sejarawan Romawi pada abad pertama Masehi, Quintus Curtius Rufus, menyatakan bahwa Aleksander mempunyai “nafsu untuk memperoleh kemuliaan dan ketenaran mencapai suatu derajat yang melampui segala perbandingan” (2001, 10:29).[34] Keberhasilannya menguasai dunia begitu lengkap, Rufus menyatakan: “Nasib menunggunya untuk melengkapi pendudukan wilayah Timur dan mencapai "Samudera", mencapai apa saja yang paling mungkin dilakukan oleh seorang manusia” (10:36).[34] Rufus mencatat sejumlah peperangan di mana Aleksander mengalahkan raja Persia, Darius III sampai akhirnya Kerajaan Media dan Persia seluruhnya dikuasai dan diasimilasi ke dalam Kerajaan Yunani (Books 3 and 4).[34]

Empat Raja setelah Aleksander

Quintus Curtius Rufus menulis bahwa setelah Aleksander mati mendadak dan tidak menunjuk ahli waris yang jelas, sejumlah orang berebut tahta yang ditinggalkannya (10:12).[34] Dalam perselisihan itu, kerajaannya segera terpecah menjadi 4 bagian: scramble for Alexander’s throne, his kingdom was divided into four segments: “Kerajaan Makedonia terpecah menjadi 4 kerajaan utama — diperintah oleh Seleukos (Asia), Ptolemaios (Mesir), Lysimachus (Thrace), dan putra Antipater, Cassander (Makedonia, termasuk Yunani)” [35] Sejarawan purba, Plutarch, mencatat pembagian ini dengan teliti dalam pemaparannya kepada Demetrius:[36]

Para pengikut Ptolemaios di Mesir atas inisiatif sendiri ... memberinya gelar raja. Dan dengan demikian diikuti oleh penerus-pemnerus Aleksander yang lain. Karena Lysimachus mulai memakai tiara, dan Seleukos juga ketika menemui orang-orang Yunani …. Namun, Cassander, meskipun yang lain memberinya gelar raja dan surat-surat maupun penyebutan mereka, menulis surat-suratnya dengan nama tanpa gelar (1920, 18).

Diodorus Siculus mendukung pernyataan ini dalam Buku 19 karyanya dengan menulis: “Ketika mereka dibawa ke hadapan dewan, mereka menuntut agar Kapadokia dan Lycia diberiikan kepada Cassander, Hellespontine Phrygia kepada Lysimachus, seluruh Siria kepada Ptolemeus dan Babilonia kepada Seleukus” (19:57).[37] Kedua penulis menyinggung bahwa Antigonus dan putranya Demetrius berperang merebut sejumlah wilayah untuk mereka sendiri tetapi setelah kalah, Plutarch menulis: “Raja-raja yang menang mencabik wilayah yang tadinya dikuasai oleh Antigonus dan Demetrius, seakan-akan suatu bangkai besar, dan masing-masing mengambil bagiannya untuk ditambahkan ke jumlah provinsi yang sudah dimiliki para pemenang itu” (1920, 30).[36]

Demikianlah, lebih dari 250 tahun setelah Daniel mendapatkan penglihatan pada tahun ke-3 pemerintahan raja Belsyazar, kerajaan Aleksander "patah" terbagi dan diperintah oleh "empat tanduk" yaitu empat kerajaan yang "tidak sekuat yang terdahulu", tepat menurut perkataan Gabriel yang dibuktikan kebenarannya oleh sejarah.

Antiokhus Epiphanes IV

"Dari salah satu tanduk itu muncul suatu tanduk kecil" yang dilihat Daniel, oleh Gabriel diberi penjelasan merupakan "seorang raja dengan muka yang garang dan yang pandai menipu". Dari kerajaan Seleukia muncul seorang raja yang mengambil nama Antiokhus IV Epiphanes yang memerintah dari tahun 175 SM sampai 164 SM. Pemerintahannya diwarnai dengan tirani, penipuan dan kekejian, khususnya berhubungan dengan "tanah Permai" yaitu Israel.[8] Sejumlah hal spesifik dalam sejarah antara lain dipaparkan di sini.

Membesarkan diri

Ada tertulis bahwa tanduk kecil itu "bahkan terhadap Panglima bala tentara itupun ia membesarkan dirinya" [38] Menurut penjelasan Gabriel raja itu "akan membesarkan dirinya dalam hatinya”[39] Pakar Alkitab H.W. Hoehner menemukan bahwa Antiokhus Epiphanes IV “memakai gelar Theos Epiphanes artinya ‘penjelmaan Allah’” (1976, 1:192-193). Mata uang logam yang dicetak pada masa pemerintahannya memberi bukti bahwa ia meninggikan dirinya dalam kedudukan sebagai dewa. Mahlon H. Smith mempunyai detail mata uang logam perak tetradrachma yang bertuliskan “Basileos Antiochou Theou Epiphaniou Nikephorou,” artinya “milik Raja Antiokhus, Penjelmaan Allah, Pembawa Kemenangan” (2008). Smith juga memiliki mata uang logam perunggu yang bergambar Antiokhus IV dengan frasa “Penjelmaan Allah”. Demikian kelakuannya dalam meninggikan diri terhadap Allah.

Menghapuskan korban persembahan sehari-hari

Daniel melihat bahwa "tanduk kecil" itu "menjadi sangat besar ke arah selatan, ke arah timur dan ke arah Tanah Permai."[9] Istilah “Tanah Permai” (lihat pembahasan ayat 9 di atas) merujuk kepada Yudea dan Yerusalem. Fakta ini didukung dengan pernyataan bahwa tanduk kecil itu akan mengambil (menghentikan) korban persembahan sehari-hari di Bait Suci di Yerusalem. Tercatat dalam sejarah dan dalam Kitab 1 Makabe bahwa Antiokhus IV menyatakan perang kepada Ptolemaios VI Philometor pada tahun 171 SM, kemudian pada tahun 170 SM berhasil menguasai Mesir ("menjadi besar ke arah selatan") dengan membunuh banyak orang, dan ketika kembali ke ibu kotanya di arah utara, ia menyimpang ke timur untuk menjarah Yerusalem. Dalam 1 Makabe 1:16-19 ditulis: "Maka ketika kerajaan menjadi kuat di bawah Antiokhus, ia berniat menguasai Mesir, agar ia berkuasa atas dua wilayah. Karenanya ia memasuki Mesir dengan tentara yang besar jumlahnya, dengan kereta kuda, dan gajah-gajah, dan pasukan berkuda, dan angkatan laut yang besar. Dan berperang melawan Ptolemeus, raja Mesir: tetapi Ptolemeus takut kepadanya, dan melarikan diri; dan banyak yang terluka sampai mati. Maka mereka merebut kota-kota kuat di tanah Mesir, dan ia mengambil jarahan darinya." Dua tahun kemudian (tahun 168 SM) Antiokhus IV mengutus seorang jenderal bernama Mysarch yang menghancurkan banyak kota di Yudea dan membunuh sejumlah besar orang Yahudi. Lagipula ia mengirim surat ke Yerusalem "untuk menghentikan persembahan korban bakaran dan korban sajian dan korban tuangan di Bait Suci, untuk melarang peringatan Sabat serta hari-hari raya." Dan pada tahun 167 SM ia menajiskan altar di Bait Suci, yang di Kitab 1 Makabe ditulis sebagai "kekejian yang membinasakan" (Ibrani: השקוץ משומם, "ha·syi·qūtz mə·syō·mêm"; bahasa Inggris: abomination of desolation).[40]

Dihancurkan tanpa perbuatan tangan manusia

Malaikat Gabriel mengatakan bahwa raja yang dilambangkan dengan tanduk kecil itu akan dihancurkan "tanpa perbuatan tangan manusia."[39] Hal ini tepat sesuai dengan cara matinya Antiokhus. Ia tidak mati dalam perang atau dibunuh seperti banyak pendahulunya, melainkan mati akibat kegilaan atau demam, menurut catatan sejarah. Flavius Yosefus pada abad pertama Masehi menyatakan:

"Ia menjadi bingung, dan, dengan kecemasan yang melandanya, jatuh sakit kegilaan, yang setelah berlangsung lama, dan saat kesakitannya meningkat, maka ia lambat laun memahami bahwa ia akan segera mati; sehingga ia memanggil sahabat-sahabatnya kepadanya, dan mengatakan bahwa kegilaan itu berat menimpanya, dan dengan itu mengaku bahwa malapetaka ini menimpanya karena kesengsaraan yang diakibatkannya kepada bangsa Yahudi, ketika ia menjarah Bait Suci mereka dan menghina Allah mereka; dan setelah mengatakan hal ini, ia menghembuskan napas terakhirnya."[41]

Polybius, sejarawan Yunani dari abad ke-2 SM, menyatakan bahwa Antiokhus “mati di Tabae, Persia, dihinggapi kegilaan, sebagaimana beberapa orang berkata, merupakan manisfetasi tertentu dari ketidaksenangan para dewa"[42] Appian, sejarawan Romawi dari abad ke-2 Masehi, mengatakan bahwa ia mati akibat "penyakit yang menggerogoti".[43] Dan Diodorus Siculus pada abad pertama SM mencatat bahwa Antiokhus IV Epiphanes “dibuat gila oleh sejumlah penglihatan dan kegentaran, dan akhirnya mati akibat penyakit” (31:18a).[37] Baik Siculus dan Polybius menghubungkan penyakit Antiokhus dengan ketidaksenangan para dewa karena serangannya pada kuil dewi Artemis, sedangkan Yosefus menghubungkannya dengan tindakan penghinaan akan Bait Suci orang Yahudi. Namun, para sejarawan sependapat bahwa Antiokhus Epiphanes mati akibat penyakit atau kegilaan, bukan karena "perbuatan tangan manusia", sebagaimana penglihatan Daniel.

Polemik: Catatan Sejarah atau Nubuat

Penglihatan Daniel dan penjelasan Gabriel sedemikian akurat sehingga sejumlah skeptik menganggap tulisan itu dibuat setelah kejadian telah berlangsung—yaitu setelah tahun 164 SM, sebagai suatu "catatan sejarah"—bukan ditulis pada tahun 550 SM sesuai informasi pemerintahan raja Belsyazar di Babel. Menjelang awal abad ke-5 Masehi, Hieronimus yang menjadi penulis Kristen terkemuka waktu itu, menulis sebuah komentari Kitab Daniel, di mana ia menyebut seorang skeptik bernama Porphyry,

"...yang menulis kitab ke-12 menentang nubuat Daniel, menyangkal bahwa kitab itu ditulis oleh orang yang bernama Daniel, melainkan oleh orang-orang yang tinggal di Yudea pada zaman Antiokhus dengan gelar Epiphanes. Ia juga menuduh “Daniel” tidak meramalkan masa depan, melainkan menceritakan apa yang telah terjadi pada masa lampau…. Karena Porphyry melihat semua ini digenapi dan tidak dapat menyangkal memang pernah terjadi, ia mengatasi bukti keakurasian sejarah ini dengan berlindung pada pengalihan ini…. Begitu menakjubkan ketepatan ramalan nabi, sehingga ia tidak tampak bagi orang tidak percaya sebagai peramal untuk masa depan, melainkan narator untuk hal-hal yang telah lampau"[44]

Alasan semacam ini masih muncul di kalangan skeptik pada zaman modern ini, meskipun muncul lebih banyak bukti bahwa Kitab Daniel ini benar-benar telah lengkap ditulis sebelum kejadiannya berlangsung dan secara khusus pasal 8 ini ditulis pada abad ke-6 SM. Bukti-bukti tersebut antara lain dapat dicantumkan di sini.

Keakurasian

Alasan utama menganggap Kitab Daniel ditulis pada abad ke-2 adalah keakurasiannya. Hal ini merupakan penalaran berputar (circular reasoning), di mana para skeptik mengakui tulisan itu benar-benar akurat dan karena itu tidak mungkin ditulis sebelumnya, hanya karena mereka mengambil asumsi yang salah bahwa nubuat atau ramalan apapun tidak mungkin terjadi.[8] Jadi mereka tidak mau mengatakan bahwa Kitab Daniel merupakan nubuat ramalan karena mereka tidak mengakui nubuat ramalan itu ada.[8]

Bukti intenal mengenai penulis

Kitab Daniel dikatakan ditulis oleh seorang bangsa Israel bernama Daniel yang berada dalam pembuangan di Babel, dan ini dicantumkan beberapa kali dalam buku ini sendiri (ayat-ayat 7:2,15; 8:1,27; 9:2; 12:5). Tambahan pula, buku ini memberikan pernyataan yang spesifik misalnya, “pada tahun kedua pemerintahan Nebukadnezar” (ayat 2:1), “pada tahun ketiga pemerintahan raja Belsyazar” (ayat 8:1), dan “pada tahun pertama Darius putra Ahasuerus” (ayat 9:1), yang merujuk penanggalan tertentu pada abad ke-6 SM. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa tahun-tahun itu tidak masuk akal.[8]

Kitab Daniel di antara Naskah Laut Mati

Sejumlah salinan kitab Daniel ditemukan di dalam gua-gua Qumran di antara kumpulan naskah kuno dari abad ke-3 SM yang disebut sebagai Naskah Laut Mati. Pertama, fakta bahwa ada banyak salinan kitab ini menunjukkan bahwa nubuat Daniel dipandang dengan rasa hormat. Bruce Waltke menyatakan: “Penemuan naskah-naskah Daniel di Qumran berasal dari periode Makabe membuat tidak mungkin kitab itu disusun pada zaman Makabe” (133:321).[45] Pada zaman Makabe, Kitab Daniel sudah dihormati sedemikian rupa, sebagai kitab suci yang disalin dan disimpan bersama-sama naskah kuno berharga lainnya di Qumran. Kedua, ketika mempelajari bagian dari Kitab Ayub yang ditemukan di Qumran, fragmen yang diberi kode 11QtJob, Robert Vasholz menyatakan bahwa komposisi fragmen “tampaknya berasal dari akhir abad ke-3 atau awal abad ke-2 SM” (halaman 319).[46] Ia membandingkan fragmen ini dengan bagian naskah kitab Daniel dan menyimpulkan bahwa data-data "menunjukkan salinan kitab Daniel dibuat sebelum 11QtJob dan membuat kami percaya bahwa sekarang ada bukti dari Qumran yang mengindikasikan penanggalan sebelum abad ke-2 bagi naskah bahasa Aram kitab Daniel” (halaman 320).[46] Jadi bukan hanya adanya salinan kitab itu di Qumran yang memberi bukti penulisannya sebelum abad ke-2 SM, tetapi juga bahasa Aram yang dipakai dalam kitab itu merujuk kepada waktu yang lebih lampau.[8]

Penggunaan nama Belsyazar

Silinder Nabonidus memuat perkataan Nabonidus, "...Belsyazar anak sulungku,..."

Selama bertahun-tahun, pencantuman nama "Belsyazar" dalam kitab Daniel mendapat kecaman kuat sebagai kesalahan sejarah, karena selama itu hanya diketahui bahwa Nabonidus adalah raja terakhir Babilon dan tidak pernah muncul nama Belsyazar, sehingga dianggap sebagai rekaan penulis. Sejarawan Yunani pada abad ke-5 SM, Xenophon[47] maupun Herodotus[48] menceritakan jatuhnya Babel ke tangan Koresh Agung, tetapi keduanya tidak menyebutkan nama raja Babel. Lebih jauh, daftar raja yang disusun oleh Berossus dan Ptolemeus menyebutkan nama Nabonidus (bahasa Akkadia: Nabû-nā'id) sebagai Raja Babel terakhir, namun tidak menyebutkan nama Belsyazar. Sekarang telah ditemukan sejumlah prasasti kuno, antara lain Silinder Nabonidus, yang menunjukkan bahwa “dalam sebagian besar masa pemerintahan Nabonidus, putra sulungnya, Belsyazar, bertindak sebagai raja bersama” (133:328).[45] Hal ini menyebabkan Waltke menyimpulkan: “Jelaslah, bahwa dari pembacaan langsung kitab Daniel, penulis memiliki pengetahuan sejarah yang lebih akurat tentang sejarah Neo-Babylonia dan awal Akhameniyah Persia daripada sejarawan manapun sejak abad ke-6 SM.” (halaman 328).[45] Pada dasarnya, nama Belsyazar (Belshazzar) lenyap dari catatan sejarah sejak sekitar tahun 450 SM, sampai Tawarikh Nabonidus ditemukan dan dipublikasikan pada tahun 1882. Dengan demikian penulis kitab Daniel tidak mungkin dari abad ke-2 SM, karena saat itu tidak ada yang mengetahui perihal pemerintahan bersama Nabonidus dan Belsyazar.[8]

Kesaksian Yosefus mengenai tahun penulisan kitab Daniel

Sejarawan Yahudi dari abad pertama Masehi, Flavius Yosefus, menuliskan sejarah Yahudi untuk pembaca Romawi, mendukung fakta bahwa kitab Daniel ditulis jauh sebelum abad ke-2 SM. Pertama, Yosefus menyatakan kepercayaan orang-orang Yahudi bahwa Kitab Daniel termasuk buku nubuat yang tergolong kitab suci. Ia menulis bahwa orang yang ingin tahu aspek tertentu buku nubuat wajib “dengan rajin membaca Kitab Daniel, yang termasuk ke dalam kumpulan kitab suci”[49] Beberapa paragraf kemudian, setelah menyampaikan informasi yang dikutip langsung dari kitab Daniel, Yosefus menulis, “Jangan ada orang yang menyalahkanku karena menuliskan semuanya ini dengan cara demikian, karena aku menemukannya dalam kitab-kitab kuno kami” (10:10:6). Jadi Yosefus memandang kitab Daniel sebagai “kitab suci” dan "kitab kuno" yang tidak diragukan keasliannya oleh seluruh komunitas Yahudi.

Juga dalam bukunya "Melawan Apion" (Against Apion), Yosefus menjelaskan bahwa bangsa Yahudi menghormati ke-22 kitab suci mereka sebagai ilham ilahi, termasuk di antaranya, Kitab Daniel. Mengenai tahun penulisan kitab, Yosefus mengatakan: “Sejak kematian Musa sampai masa pemerintahan raja Artahsasta, raja Persia, yang memerintah setelah Xerxes, para nabi, yang hidup setelah Musa, menuliskan apa yang terjadi dalam masa hidup mereka dalam 13 kitab” (1:8). Kemudian dijelaskan bahwa para penulis Yahudi tertentu telah menulis kitab-kitab sejarah setelah masa Artahsasta, tetapi tulisan mereka tidak dihargai “dengan otoritas sebagaimana yang terdahulu oleh para leluhur kami” (1:8). Jadi Yosefus memandang kitab Daniel sebagai kitab suci dan menyatakan bahwa tidak ada kitab suci yang ditulis setelah masa pemerintahan Artahsasta yang oleh pakar sejarah ditetapkan antara tahun 465 SM sampai 424 SM (“Artaxerxes,” 2011). Dengan demikian Yosefus dan bangsanya memandang kitab Daniel sudah dihormati sebelum tahun 424 SM.

Lagipula, ketika Yosefus menulis mengenai penaklukan oleh Aleksander Agung (336-324 SM), ia menyebut Kitab Daniel lagi. Dicatatnya ketika Aleksander tiba di tanah Yudea, salah satu imam menunjukkan kitab Daniel: “Dan ketika kitab Daniel ditunjukkan kepadanya, di mana Daniel menyatakan orang Yunani akan menghancurkan kerajaan Persia, ia menganggap orang itu adalah dia sendiri” (Antiquitates Iudaicae, 11:8:5). Aleksander datang ke Yerusalem, memperlakukan Imam Besar “dengan luar biasa,” dan mempersembahkan korban bagi Allah di dalam Bait Suci. Ia juga berjanji untuk membiarkan orang Yahudi “menikmati hukum-hukum para leluhur mereka.” Lagipula, setelah Yosefus membahas nubuat Daniel di pasal 8, ia menyatakan: “Dan sesungguhnya hal itu terjadi, bahwa bangsa kami menderita semua ini di bawah Antiokhus Epiphanes, menurut penglihatan Daniel, dan ia menulisnya bertahun-tahun sebelum peristiwa itu terjadi” (Antiquitates Iudaicae, 10:11:7).[41]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Dianne Bergant dan Robert J.Karris (ed). 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama. Jogjakarta: Kanisius.
  2. ^ (Indonesia) W.S. LaSor, D.A. Hubbard, F.W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama 2. Sastra dan Nubuat. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1994. ISBN 9789794150431
  3. ^ a b c Daniel 8:1 - Sabda.org
  4. ^ a b Daniel 8:2 - Sabda.org
  5. ^ a b New Light on the Book of Daniel from the Dead Sea Scrolls Diarsipkan 2017-01-29 di Wayback Machine. - Gerhard Hasel PhD. Associates for Biblical Research - Jul 31, 2012
  6. ^ a b c d Dead sea scrolls - Daniel
  7. ^ Pritchard, James, ed. (1969), Ancient Near Eastern Texts Relating to the Old Testament (Princeton: Princeton University Press), p. 313.
  8. ^ a b c d e f g h i j Kyle Butt. The Prophecy of Daniel 8.
  9. ^ a b Daniel 8:9 - Sabda.org
  10. ^ Juga ditulis lengkap "tanah permai" pada Daniel 11:41
  11. ^ Daniel 8:13 - Sabda.org
  12. ^ Cambridge Bible for Schools and Colleges. Daniel 8. Diakses 28 April 2018.
  13. ^ Daniel 8:16 - Sabda.org
  14. ^ Daniel 8:4–5
  15. ^ Daniel 8:6
  16. ^ Daniel 8:7
  17. ^ Daniel 8:8
  18. ^ Daniel 8:9–12
  19. ^ Daniel 8:13–14
  20. ^ a b Collins 2013, hlm. 85.
  21. ^ a b Collins 2013, hlm. 86.
  22. ^ Seow 2003, hlm. 125.
  23. ^ Daniel 8:15–17
  24. ^ Daniel 8:18–19
  25. ^ Daniel 8:20
  26. ^ a b c Daniel 8:21
  27. ^ Daniel 8:22
  28. ^ Daniel 8:23–25
  29. ^ Daniel 8:26
  30. ^ Daniel 8:27
  31. ^ Cook, J.M. (1983), The Persian Empire (New York: Schocken), p. 3.
  32. ^ a b c d Herodotus (1996), The Histories, trans. Aubrey De Sélincourt (New York: Penguin Classics).
  33. ^ Daniel 8:4
  34. ^ a b c d Rufus, Quintus Curtius (2001), The History of Alexander, trans. John Yardley (New York: Penguin Classics).
  35. ^ “Alexander the Great Biography,” 2003.
  36. ^ a b Plutarch (1920), Demetrius and Anthony, Pyrrhus and Gaius Marius, trans. Bernadotte Perrin (Cambridge, MA: Harvard University Press).
  37. ^ a b Siculus, Diodorus (1947), The Library of History, trans. Russel M. Greer (Cambridge, MA: Harvard University Press).
  38. ^ Daniel 8:11
  39. ^ a b Daniel 8:25
  40. ^ 1 Makabe 1:44-64; lihat Daniel 11:31
  41. ^ a b Flavius Josephus. Antiquities of the Jews, 12:9:1.
  42. ^ Polybius (1927), The Histories, trans. W.R. Paton (Cambridge, MA: Harvard University Press), 31:9.
  43. ^ Appian, The Syrian Wars Diarsipkan 2015-11-19 di Wayback Machine., 66.
  44. ^ Jerome (=Hieronimus), Commentary on Daniel, trans. Gleason L. Archer (Grand Rapids: Baker). 1958, pp. 15-16.
  45. ^ a b c Waltke, Bruce K. (1976), “The Date of the Book of Daniel,” Bibliotheca Sacra, 133:319-329, October.
  46. ^ a b Vasholz, Robert (1978), “Qumran and the Dating of Daniel,” Journal of the Evangelical Theological Society, 21:315-321, December.
  47. ^ Xenophon. Cyropaedia, 7.5.28-30.
  48. ^ Herodotus. The Histories, 1.191.
  49. ^ Flavius Yosefus. Antiquitates Iudaicae, 10:10:4.

Pustaka

  • Bandstra, Barry L. (2008). Reading the Old Testament: An Introduction to the Hebrew Bible. Wadsworth Publishing Company. ISBN 0495391050. 
  • Bar, Shaul (2001). A letter that has not been read: dreams in the Hebrew Bible. Cincinnati: Hebrew Union College Press. ISBN 978-0-87820-424-3. 
  • Boyer, Paul S. (1992). When Time Shall Be No More: Prophecy Belief in Modern American Culture. Harvard University Press. ISBN 0-674-95129-8. 
  • Brettler, Mark Zvi (2005). How To Read the Bible. Jewish Publication Society. ISBN 9780827610019. 
  • Carroll, John T. (2000). "Eschatology". Dalam Freedman, David Noel; Myers, Allen C. Eerdmans Dictionary of the Bible. Eerdmans. ISBN 9789053565032. 
  • Cohn, Shaye J.D. (2006). From the Maccabees to the Mishnah. Westminster John Knox Press. ISBN 9780664227432. 
  • Collins, John J. (1984). Daniel: With an Introduction to Apocalyptic Literature. Eerdmans. ISBN 9780802800206. 
  • Collins, John J. (1998). The Apocalyptic Imagination: An Introduction to Jewish Apocalyptic Literature. Eerdmans. ISBN 9780802843715. 
  • Collins, John J. (2001). Seers, Sibyls, and Sages in Hellenistic-Roman Judaism. BRILL. ISBN 9780391041103. 
  • Collins, John J. (2002). "Current Issues in the Study of Daniel". Dalam Collins, John J.; Flint, Peter W.; VanEpps, Cameron. The Book of Daniel: Composition and Reception. BRILL. ISBN 9004116753. 
  • Collins, John J. (2003). "From Prophecy to Apocalypticism: The Expectation of the End". Dalam McGinn, Bernard; Collins, John J.; Stein, Stephen J. The Continuum History of Apocalypticism. Continuum. 
  • Collins, John J. (2013). "Daniel". Dalam Lieb, Michael; Mason, Emma; Roberts, Jonathan. The Oxford Handbook of the Reception History of the Bible. Oxford UNiversity Press. 
  • Crawford, Sidnie White (2000). "Apocalyptic". Dalam Freedman, David Noel; Myers, Allen C. Eerdmans Dictionary of the Bible. Eerdmans. 
  • Davies, Philip (2006). "Apocalyptic". Dalam Rogerson, J. W.; Lieu, Judith M. The Oxford Handbook of Biblical Studies. Oxford Handbooks Online. 
  • DeChant, Dell (2009). "Apocalyptic Communities". Dalam Neusner, Jacob. World Religions in America: An Introduction. Westminster John Knox Press. 
  • Doukhan, Jacques (2000). Secrets of Daniel: wisdom and dreams of a Jewish prince in exile. Review and Herald Pub Assoc. 
  • Dunn, James D.G. (2002). "The Danilic Son of Man in the New Testament". Dalam Collins, John J.; Flint, Peter W.; VanEpps, Cameron. The Book of Daniel: Composition and Reception. BRILL. 
  • Froom, Le Roy Edwin (1950). Early Church Exposition, Subsequent Deflections, and Medieval Revival. The Prophetic Faith of our Fathers: The Historical Development of Prophetic Interpretation. 1. The Review and Herald Publishing Association. hlm. 1006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-06-14. Diakses tanggal 2018-05-25. 
  • Froom, Le Roy Edwin (1948). Pre-Reformation and Reformation Restoration, and Second Departure. The Prophetic Faith of our Fathers: The Historical Development of Prophetic Interpretation. 2. The Review and Herald Publishing Association. hlm. 863. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-06-14. Diakses tanggal 2018-05-25. 
  • Froom, Le Roy Edwin (1946). PART I, Colonial and Early National American Exposition. PART II, Old World Nineteenth Century Advent Awakening. The Prophetic Faith of our Fathers: The Historical Development of Prophetic Interpretation. 3. The Review and Herald Publishing Association. hlm. 802. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-06-14. Diakses tanggal 2018-05-25. 
  • Grabbe, Lester L. (2010). An Introduction to Second Temple Judaism: History and Religion of the Jews in the Time of Nehemiah, the Maccabees, Hillel, and Jesus. Continuum. ISBN 9780567552488. 
  • Grabbe, Lester L. (2002a). Judaic Religion in the Second Temple Period: Belief and Practice from the Exile to Yavneh. Routledge. ISBN 9780203461013. 
  • Grabbe, Lester L. (2002b). "A Dan(iel) For All Seasons". Dalam Collins, John J.; Flint, Peter W.; VanEpps, Cameron. The Book of Daniel: Composition and Reception. BRILL. ISBN 9004116753. 
  • Hammer, Raymond (1976). The Book of Daniel. Cambridge University Press. ISBN 9780521097659. 
  • Harrington, Daniel J. (1999). Invitation to the Apocrypha. Eerdmans. ISBN 9780802846334. 
  • Hill, Andrew E. (2009). "Daniel". Dalam Garland, David E.; Longman, Tremper. Daniel—Malachi. Zondervan. ISBN 9780310590545. 
  • Hill, Charles E. (2000). "Antichrist". Dalam Freedman, David Noel; Myers, Allen C. Eerdmans Dictionary of the Bible. Eerdmans. ISBN 9789053565032. 
  • Horsley, Richard A. (2007). Scribes, Visionaries, and the Politics of Second Temple Judea. Presbyterian Publishing Corp. ISBN 9780664229917. 
  • Knibb, Michael (2002). "The Book of Daniel in its Context". Dalam Collins, John J.; Flint, Peter W.; VanEpps, Cameron. The Book of Daniel: Composition and Reception. BRILL. ISBN 9004116753. 
  • Kratz, Reinhard (2002). "The Visions of Daniel". Dalam Collins, John J.; Flint, Peter W.; VanEpps, Cameron. The Book of Daniel: Composition and Reception. BRILL. ISBN 9004116753. 
  • Levine, Amy-Jill (2010). "Daniel". Dalam Coogan, Michael D.; Brettler, Marc Z.; Newsom, Carol A. The new Oxford annotated Bible with the Apocryphal/Deuterocanonical books : New Revised Standard Version. Oxford University Press. ISBN 9780199370504. 
  • Lucas, Ernest C. (2005). "Daniel, Book of". Dalam Vanhoozer, Kevin J.; Bartholomew, Craig G.; Treier, Daniel J. Dictionary for Theological Interpretation of the Bible. Baker Academic. ISBN 9780801026942. 
  • Matthews, Victor H.; Moyer, James C. (2012). The Old Testament: Text and Context. Baker Books. ISBN 9780801048357. McDonald, Lee Martin (2012). Formation of the Bible: the Story of the Church's Canon. Peabody, MA: Hendrickson Publishers. hlm. 57. ISBN 978-1-59856-838-7. Diakses tanggal 22 July 2014. 
  • Niskanen, Paul (2004). The Human and the Divine in History: Herodotus and the Book of Daniel. Continuum. ISBN 9780567082138. 
  • Provan, Iain (2003). "Daniel". Dalam Dunn, James D. G.; Rogerson, John William. Eerdmans Commentary on the Bible. Eerdmans. ISBN 978-0-8028-3711-0. 
  • Redditt, Paul L. (2009). Introduction to the Prophets. Eerdmans. ISBN 9780802828965. 
  • Reid, Stephen Breck (2000). "Daniel, Book of". Dalam Freedman, David Noel; Myers, Allen C. Eerdmans Dictionary of the Bible. Eerdmans. ISBN 9789053565032. 
  • Rowland, Christopher (2007). "Apocalyptic Literature". Dalam Hass, Andrew; Jasper, David; Jay, Elisabeth. The Oxford Handbook of English Literature and Theology. Oxford University Press. ISBN 9780199271979. 
  • Ryken,, Leland; Wilhoit, Jim; Longman, Tremper (1998). Dictionary of Biblical Imagery. InterVarsity Press. ISBN 9780830867332. 
  • Sacchi, Paolo (2004). The History of the Second Temple Period. Continuum. ISBN 9780567044501. 
  • Schwartz, Daniel R. (1992). Studies in the Jewish Background of Christianity. Mohr Siebeck. ISBN 9783161457982. 
  • Seow, C.L. (2003). Daniel. Westminster John Knox Press. ISBN 9780664256753. 
  • Schiffman, Lawrence H. (1991). From Text to Tradition: A History of Second Temple and Rabbinic Judaism. KTAV Publishing House. ISBN 9780881253726. 
  • Spencer, Richard A. (2002). "Additions to Daniel". Dalam Mills, Watson E.; Wilson, Richard F. The Deuterocanonicals/Apocrypha. Mercer University Press. ISBN 9780865545106. 
  • Towner, W. Sibley (1984). Daniel. Westminster John Knox Press. ISBN 9780664237561. 
  • VanderKam, James C. (2010). The Dead Sea Scrolls Today. Eerdmans. ISBN 9780802864352. 
  • VanderKam, James C.; Flint, Peter (2013). The meaning of the Dead Sea scrolls: their significance for understanding the Bible, Judaism, Jesus, and Christianity. HarperCollins. ISBN 9780062243300. 
  • Waters, Matt (2014). Ancient Persia: A Concise History of the Achaemenid Empire, 550–330 BCE. Cambridge University Press. ISBN 9781107652729. 
  • Weber, Timothy P. (2007). "Millennialism". Dalam Walls, Jerry L. The Oxford Handbook of Eschatology. Oxford University Press. ISBN 9780199742486. 
  • Wesselius, Jan-Wim (2002). "The Writing of Daniel". Dalam Collins, John J.; Flint, Peter W.; VanEpps, Cameron. The Book of Daniel: Composition and Reception. BRILL. ISBN 0391041282. 

Pustaka tambahan

  • Baldwin, Joyce G. (1981). Donald J. Wiseman, ed. Daniel: an introduction and commentary. Downers Grove: Inter-Varsity Press. ISBN 978-0-87784-273-6. 
  • Briant, Pierre (1996). From Cyrus to Alexander. Librairie Artheme Fayard. Translation by Peter Daniels, 2002. Paris. hlm. 42. ISBN 1-57506-031-0. 
  • Brown, Raymond E.; Fitzmyer, Joseph A.; Murphy, Roland E., ed. (1999). The New Jerome Biblical Commentary. Prentice Hall. hlm. 1475. ISBN 0-13-859836-3. 
  • Carey, Greg (1999). Bloomquist, L. Gregory, ed. Vision and Persuasion: Rhetorical Dimensions of Apocalyptic Discourse (Google On-line Books). Chalice Press. hlm. 224. ISBN 0-8272-4005-8. Diakses tanggal 2010-06-25. 
  • Casey, Maurice (1980). Son of Man: The interpretation and influence of Daniel 7. Society for Promoting Christian Knowledge. hlm. 272. ISBN 0-281-03697-7. lists ten commentators of the 'Syrian Tradition' who identify the fourth beast of chapter 7 as Greece, the little horn as Antiochus, and – in the majority of instances – the "saints of the Most High" as Maccabean Jews. 
  • Cohn-Sherbok, Dan (1996). The Hebrew Bible (Google on-line books). Cassell. hlm. 257. ISBN 0-304-33703-X. Diakses tanggal 2010-06-24. 
  • Colless, Brian (1992). "Cyrus the Persian as Darius the Mede in the Book of Daniel" (PDF). Journal for the Study of the Old Testament. subscription site. 56: 115. Diakses tanggal 2010-06-12. [pranala nonaktif permanen]
  • Dougherty, Raymond Philip (1929). Nabonidus and Belshazzar: A Study of the Closing Events of the Neo- Babylonian Empire. Yale University Press. hlm. 216. ASIN B000M9MGX8. 
  • Eisenman, Robert (1998). James, the brother of Jesus : the key to unlocking the secrets of early Christianity and the Dead Sea Scrolls. New York: Penguin Books. ISBN 0-14-025773-X. 
  • Ford, Desmond (1978). Daniel. Southern Publishing Association. hlm. 309. ISBN 0-8127-0174-7. 
  • Evans, Craig A.; Flint, Peter W. (1997). Eschatology, messianism, and the Dead Sea scrolls. Grand Rapids, Mich.: William B. Eerdmans Publishing Co. ISBN 978-0-8028-4230-5. 
  • Goldingay, John (1989). Daniel (Word Biblical Themes) (Rich text format of book). Dallas: Word Publishing Group. hlm. 132. ISBN 0-8499-0794-2. Diakses tanggal 2010-06-28. 
  • Grabbe, Lester L. (2008). "Chapter 16: Israel from the Rise of Hellenism to 70 CE". Dalam Rogerson, John William; Lieu, Judith. The Oxford handbook of biblical studies (Google On-line Books)Parameter |format= membutuhkan |url= (bantuan). USA: Oxford University Press. hlm. 920. ISBN 0-19-923777-8. 
  • Godwin, compiled and translated by Kenneth Sylvan Guthrie ; with additional translations by Thomas Taylor and Arthur Fairbanks, Jr. ; introduced and edited by David R. Fideler ; with a foreword by Joscelyn (1987). The Pythagorean sourcebook and library : an anthology of ancient writings which relate to Pythagoras and Pythagorean philosophy (edisi ke-[New ed.]). Grand Rapids: Phanes Press. ISBN 978-0-933999-51-0. 
  • Louis F. Hartman and Alexander A. Di Lella, "Daniel", in Raymond E. Brown et al., ed., The New Jerome Biblical Commentary, 1990, pp. 406–20.
  • Hoppe, Leslie J. (1992). "Deuteronomy". Dalam Bergant, Dianne. The Collegeville Bible commentary: based on the New American Bible: Old Testament (Google On-line Books). Liturgical Press. hlm. 464. ISBN 0-8146-2211-9. Diakses tanggal 2010-06-24. 
  • Keil, C. F.; Delitzsch, Franz (2006) [1955]. Ezekiel and Daniel. Commentary on the Old Testament. 9. Hendrickson Publishers. ISBN 0-913573-88-4. 
  • Longman III, Tremper; Dillard, Raymond B. (2006) [1995]. An Introduction to the Old Testament (edisi ke-2nd). Zonderman. hlm. 528. 
  • Lucas, Ernest (2002). Daniel. Leicester, England: Apollos. ISBN 0-85111-780-5. 
  • Millard, Alan R. (Apr–June 1977). "Daniel 1–6 and History" (PDF). Evangelical Quarterly. Paternoster. 49 (2): 67–73. Diakses tanggal 2010-06-19.  Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan)
  • Miller, Stephen B. (1994). Daniel. New American Commentary. 18. Nashville: Broadman and Holman. hlm. 348. ISBN 0-8054-0118-0. 
  • Murphy, Frederick James (1998). Fallen is Babylon: the Revelation to John (Google On-line Books). Trinity Press International. hlm. 472. ISBN 1-56338-152-4. Diakses tanggal 2010-06-26. 
  • Notes (1992). The New American Bible. Catholic Book Publishing Co. hlm. 1021. ISBN 978-0-89942-510-8. 
  • Oppenheim, A. Leo (1966). "Babylonian and Assyrian Historical Texts". Dalam James B. Pritchard. Ancient Near Eastern Texts (edisi ke-2nd ed.; 3rd print). Princeton University Press. hlm. 308. 
  • Rowley, H. H. (1959). Darius the Mede and the Four World Empires in the Book of Daniel: A Historical Study of Contemporary Theories. University of Wales Press. hlm. 195. ISBN 1-59752-896-X. 
  • Rowley, Harold Henry (1963). The Growth of the Old Testament. Harper & Row. 
  • Schwartz, Daniel R. (1992). Studies in the Jewish background of Christianity (Google On-line Books). Mohr Siebeck. hlm. 304. ISBN 3-16-145798-6. Diakses tanggal 2010-06-28. 
  • Shea, William H. (1982). "Nabonidus, Belshazzar, and the Book of Daniel: An Update". AUSS Journal Online Archive. Andrews University Seminary. 20 (2): 133–149. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2011-07-21. Diakses tanggal 2010-06-19. 
  • Shea, William H. (1986). "The Prophecy of Daniel 9:24–27". Dalam Holbrook, Frank. The Seventy Weeks, Leviticus, and the Nature of Prophecy. Daniel and Revelation Committee Series. 3. Review and Herald Publishing Association. 
  • Steinberg, Martin H. Manser ; associate editors, David Barratt, Pieter J. Lalleman, Julius Steinberg (2009). Critical companion to the Bible : a literary reference. New York: Facts On File. ISBN 978-0-8160-7065-7. 
  • Stimilli, Davide (2005). The face of immortality : physiognomy and criticism. Albany: State University of New York Press. ISBN 978-0-7914-6263-8. 
  • Tyndale; Elwell, Walter A.; Comfort, Philip W. (2001). Tyndale Bible dictionary. Wheaton, Ill.: Tyndale House Publishers. ISBN 978-0-8423-7089-9. 
  • Tomasino, Anthony J. (2003). Judaism before Jesus: the ideas and events that shaped the New Testament world. IVP Academic; Print On Demand Edition. hlm. 345. ISBN 0-8308-2730-7. Diakses tanggal 2010-06-26. 
  • Wiseman, D. J. (1965). Notes on Some Problems in the Book of Daniel. London: Tyndale Press. hlm. 80. ISBN 0-85111-038-X. 
  • Young, Edward J. (2009) [1949]. The Prophecy of Daniel: a Commentary. Eerdmans Publishing. hlm. 332. ISBN 0-8028-6331-0. 
  • John F. Walvoord, Daniel: The Key to Prophetic Revelation, 1989. ISBN 0-8024-1753-1.
  • Ford, Desmond (1978). Daniel. Southern Publishing Association. hlm. 309. ISBN 0-8127-0174-7. 
  • Holbrook, Frank B., ed. (1986). Symposium on Daniel. Daniel & Revelation Committee Series. 2. Biblical Research Institute: Review and Herald Publishing Association. hlm. 557. ISBN 0-925675-01-6. 
  • Pfandl, Gerhard (2004). Daniel: The Seer of Babylon. Review and Herald Pub Assoc. hlm. 121. ISBN 978-0-8280-1829-6. 
  • Stefanovic, Zdravko (2007). Daniel: Wisdom to the Wise: Commentary on the Book of Daniel. Pacific Press Publishing Association. hlm. 480. ISBN 978-0-8163-2212-1. [pranala nonaktif permanen]

Pranala luar

  • (Indonesia) Teks Daniel 8 dari Alkitab SABDA
  • (Indonesia) Audio Daniel 8
  • (Indonesia) Referensi silang Daniel 8
  • (Indonesia) Komentari bahasa Indonesia untuk Daniel 8
  • (Inggris) Komentari bahasa Inggris untuk Daniel 8
  • iconPortal Kristen
  • Portal Yahudi
Istilah
Tokoh
Tempat
Sumber
Alkitab Ibrani • Septuaginta • Latin Vulgata • Versi Terjemahan Baru • Versi Wycliffe • Versi King James • Versi American Standard • Versi World English